Rabu, 01 Desember 2010

BAB II
PARTIKEL DALAM BAHASA JEPANG
2.1 Pengertian Joshi
 Di dalam gramatika bahasa Jepang terdapat pembagian kelas kata yang disebut hinshi bunrui. Hinshi berarti jenis kata atau kelas kata, sedangkan bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori, dan pembagian. Jadi hinsi bunrui dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal. Secara garis besar kelas kata yang telah diklasikasikan tersebut terbagi dalam dua kelompok besar, yakni jiritsugo dan fuzokugo.
Jiritsugo adalah kelompok kelas kata yang bisa berdiri sendiri dan membentuk kalimat. Ada pula yang bisa membentuk kalimat tanpa bantuan kata lain dan bisa dimengerti maknanya. Misalnya kalimat: doko iku. Tanpa menggunakan kata e setelah kata doko, bisa dipahami maksudnya untuk mengetahui tujuan kepergian. Sedangkan fuzokugo adalah kolompok kelas kata yang tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan kata lain untuk membentuk kalimat. Kata-kata ini harus mengikuti kata lain yang bisa berdiri sendiri untuk membentuk kalimat, kemudian barulah jelas maknanya. Kelas kata yang termasuk ke dalam fuzokugo adalah joshi dan jodoushi.
Untuk memperjelas kita ambil contoh kalimat : watashi wa ashita pasokon o kau. Dalam kalimat ini ada enam kata, watashi, wa, ashita, pasokon, o, dan kau. Namun hanya ada empat bagian kalimat, yakni watashi wa, ashita, pasokon o, dan kau. Kata wa dan o tidak bisa menjadi bagian kalimat bila tidak mengikuti kata lain. Juga tidak bisa menunjukkan makna bila tidak mengikuti kata watashi dan pasokon. Inilah yang dimaksud dengan fuzokugo. Sedangkan watashi, ashita, pasokon, dan kau termasuk ke dalam jiritsugo.
Joshi memiliki beberapa pengertian. Salah satu pengertian Joshi dapat dilihat dari penulisannya. Istilah Joshi ditulis dengan dua huruf kanji. Yang pertama dapat dibaca jo, tasukeru yang artinya sama dengan membantu, sedangkan yang kedua dibaca shi yang bermakna sama dengan kata, perkataan atau bahasa. Dari makna kedua kanji ini muncul pengertian Joshi sebagai kata bantu. Penerjemahan ini dapat diterima karena joshi sifat yang tidak bisa berdiri sendiri, sehingga berfungsi juga untuk membantu memperjelas makna kata lain.
Ada juga yang mengartikan istilah joshi ke dalam bahasa Indonesia dengan istilah postposisi. Hal ini dikarenakan letak joshi yang selalu mengikuti kata lain, atau dibelakang kata lain. Seperti di dalam contoh kalimat tadi: watashi wa ashita pasokon o kau. Joshi wa diletakkan dibelakang kata watashi, dan joshi o setelah kata pasokon. Tidak pernah di letakkan didepan kata.
Selanjutnya selain dua pengertian tadi, joshi dapat diartikan sebagai partikel. Istilah ini adalah hasil terjemahan istilah joshi ke dalam bahasa Inggris yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Partikel adalah pengertian lain dari joshi yang paling sering digunakan. Diawal kegiatan belajar mengajar misalnya, joshi lebih sering diperkenalkan sebagai partikel dibanding sebagai kata bantu, apalagi postposisi. Di dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepangpun joshi lebih sering disebut sebagai partikel. Namun yang pasti penggunaan istilah postposisi, kata bantu, dan partikel tidak mengikat. Kita bisa menggunakan yang kita suka.
2.2 Jenis- jenis joshi
Di dalam bahasa Jepang ada begitu banyak partikel. Untuk memudahkan mempelajari dan mengenalinya maka ada pengklasifikasian. Berikut klasifikasi joshi berdasarkan penggunaannya dalam kalimat, yakni fukujoshi, kakujoshi, setsuzokujoshi, dan shuujoshi.
A. Fukujoshi
Fukujoshi ialah partikel yang bisa menambah arti kata lain yang ada sebelumnya. Perannya sama dengan adverbia, untuk menghubungkan kata-kata yang ada sebelumnya dengan kata-kata yang ada pada bagian berikutnya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini ialah partikel bakari, dake, demo, hodo, ka, kiri, koso, kurai, gurai, made, mo, nado, nari, nomi, sae, shika, wa, dan yara.
B. Kakujoshi
Kakujoshi ialah partikel yang menyatakan hubungan satu bagian kalimat (bunsetsu) dengan bunsetsu lainnya. Partikel ini biasa digunakan setelah taigen. Ada juga yang digunakan untuk menyatakan hubungan nomina yang ada sebelumnya dengan predikat pada kalimat tersebut. Partikel yang termasuk ke dalam kelompok kakujoshi ialah de, e, ga, kara, ni, no, o, to, ya, dan yori,
C. Setsuzokujoshi
Setsuzokujoshi adalah partikel yang berfungsi untuk menghubungkan bagian-bagian kalimat. Umumnya dipakai setelah yoogen. Bagian kalimat sebelum setsuzokujoshi memiliki hubungan dengan bagian kalimat setelah setsuzokujoshi, dan hubungan ini diperjelas dengan keberadaan joshi diantaranya. Yang termasuk kedalamnya adalah partikel ba, ga, kara, keredomo, nagara, node, noni, shi, tari, te, temo, dan to.
D. Shuujoshi
Shuujoshi ialah partikel yang digunakan pada akhir kalimat atau akhir bagian kalimat. Fungsinya untuk menyatakan perasaan si pembicara, seperti heran, keragu-raguan, harapan, haru, dan lainnya. Fungsi ini juga dimiliki oleh kelas kata interjeksi, sehingga ada yang menyebutnya dengan istilah kandooshi. Yang termasuk kedalam kelompok kata ini adalah partikel ka, kke, ne/nee, na/naa, no, sa, tomo, wa, yo, ze, dan zo.
2.3 Ciri ciri Joshi
Joshi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Tidak bisa berdiri sendiri. Joshi harus digabungkan dengan kata lain sehingga bisa jelas maknanya.
2. Tidak berkonjugasi
3. Dalam kalimat tidak menjadi subjek, predikat, objek, dan keterangan.
4. Selalu mengikuti kata lain atau berada di belakang kata lain.
5. Ada yang mempunyai arti sendiri, tetapi ada juga yang memberi arti pada kata lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar